MAKALAH
“PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA BAYI ”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pertumbuhan dan
perkembangan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan
karena bayi terlihat bagai makhluk yag perilaku umumnya tampak tidak
terorgaisasi, ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta
hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya
sebenarnya hal apa saja yang bias ia lakukan apakah dengan terdiamnya serta
kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam per hari bayi juga bias melihat,
mendengar dan merasakan rangsangan dari sekitarnya. Sang ibu biasanya
memliki permasalahan komunikasi degan bayinya. Ibu ingin memenuhi
kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud
dari tangisan bayi. Dalam makalah ini akan membahas mengenai bagaimana
sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut. Sehingga kita dapat memahami
bagaimana dunia sang bayi tersebut dimana hal tersebut akan mendorong
perkembangan dan pertumbuhan bayi secara optimal.
B. Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kognitif?
2.
Bagaimana Unsur-unsur dalam Perkembangan Kognitf?
3.
Bagaimana Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 tahun?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan
kognitif
2.
Mahasiswa mampu memahami unsur-unsur dalam
perkembangan kognitif
3.
Mahasiswa perkembangan kognitif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Kognitif
Menurut Estes
(dalam Gage, 1998) Cognitive ability/inteligence : “ Adaptive behavior of the
individual usually characterized by some element of problem solving and
directed by cognitivive procesess and operations” Tingkah laku adaptif dari
individu yang umumnya didasari oleh beberapa elemen pemecahan masalah dan
diarahkan oleh proses kognitif dan pengoperasiannya.
Menurut Vigotsky
(dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989)
mengemumakakan bahwa kognitif adalah suatu perkembangan anak yang
tidak lepas dari lingkungan dan budaya yang membentuknya.
Menurut Piaget (dalam Papalia, Diane, & Olds, 1989), kognitif adalah suatu
pikiran yang dapat menyusun aktivitas dan dapat melakukan adaptasi terhadap
lingkungan. Menurut pendekatan
Behaviourisme (dalam Papalia, Diane, &
Olds, 2009) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif berkonsentrasi pada
bagaimana tingkah laku berubah sebagai respons terhadap pengalaman.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif
adalah suatu perkembangan pikiran yang dapat berpengaruh pada perkembangan
aktivitas bayi dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
B. Unsur-unsur dalam
Perkembangan Kognitf
Cognitive ability
mencakup 3 unsur yaitu :
a. The ability to
deal with abstraction
Kemampuan
menghadapi masalah abstrak seperti gagasan, simbol, hubungan, konsep,prinsip.
b. The ability to
solve problems
Menangani situasi
baru, tidak sekedar membuat respon terlatih terhadap situasi yang sudah dikenal
(familiar)
c. The ability to
learn
Terutama memahami
dan menggunakan simbol-simbol abstrak seperti simbol verbal dan lain-lain (Gage
& Berliner, 1998)
Menurut Bloom , Ranah
Kognitif memiliki tahapan yaitu Mengingat ,Memahami, Menganalisa, Menciptakan
(kreativitas).
C. Teori perkembangan
Kognitif
Pandangan Menurut
Piaget (dalam Jan Prasetyo, 2011):
a.
Fokus pada perkembangan kemampuan anak dalam
memaknakan dunia sekitarnya .
b.
Piaget menyebut konsep anak akan dunia sebagai SCHEME
(skema).
c.
Untuk mengenali dunia anak menggunakan asimilasi untuk
memahami konsep baru .
Contoh : hewan berkaki empat adalah sapi dan ketika
bayi harus memodifikasi scheme yang dimiliki maka ia akan menggunakan
akomodasi, contoh melihat kuda: hewan kaki empat tidak hanya sapi tapi juga
kuda.
Pandangan piaget pada
bayi didapat secara primer dari observasi dan eksperimen sederhana terhadap 3
anaknya sendiri selama 2 tahun pertama kehidupan mereka. Perilaku Jacqueline
kecil, Luciene kecil dan membuat piaget percaya bahwa bentuk paling dini dari
inteligensi adalah senseorik dan fisik alami dari bayi sampai 1,5 tahun disebut
tahap sensori motor dari perkembangan.
Biasanya inteligensi
dikonsepkan sebagai aktivitas mental yaitu mengingat pengalaman-pengalaman yang
pernah kita alami, kita pikirkan, melatih mencarai solusi dari suatu masalah
secara kejiwaan, membentuk citra mental terhadap realita. Tetapi Piaget
menekankan bahwa intelegensi dapat sebagai fisik juga.
Sensorimotor berarti
bayi dapat tahu benda seperti apa atau suara seperti apa, tahu bagaimana
memanipulasi objek. Batasan yang jelas dari fungsi sensorimotor bahwa tidak
mengingatkan bayi tentang masa lalu, mengantisipasi masa depan, membentuk
images dari objek atau merefleksikannya pada pengalaman-pengalam mereka
(Mandhler, 1990). Piaget percaya bahwa
bayi tidak memiliki kesadaran bahwa dunia terlepas dari kegiatan mereka.
1.
Skema
Meski bayi tidak dapat
mengkonseptualisasi, tapi mampu mengorganisasi kegiatan dan inteliigentlooking yang disebut skema.
Sensorimotor ekuivalen dengan konsep, skema-skema menunjukkan kecenderungan
organisasi dimana Piaget menjelaskannya sebagai karakteristik semua organisme
hidup. Contoh : bayi baru lahir akan menghisap tanpa pilih-pilih semua benda
yang dimasukkan ke dalam mulutnya sejalan dengan waktu dan pengalaman, bayi
akan lebih selektif dan menghisap hanya bila sesuai seperti bila ada puting
ibu. Selektivitas ini mengindikasikan adaptasi terhadap lingkungan, karena bayi
mengasimilasi pengalaman-pengalaman baru dan mengakomodasi perilaku
selanjutnya.
2. Sensori Motorik Stages
Menurut Piaget ( dalam
Papalia, Diane & Olds, 2009).
a. Substage 1 (Lahir - 1 Bulan )
Bayi melatih refleks bawaan mereka dan mendapatkan
kontrol dalam menggunakannya. Mereka tidak mengoordinasikan informasi dari
panca inderanya. Mereka tidak menggengam objek yang mereka sedang lihat.
Contohnya : bayi mulai menghisap ketika payudara ibunya dimulutnya.
b. Substage 2 (Usia 1-4 bulan )
Bayi mengulang-ulang tingkah laku
menyenangkan yang pertama kali terjadi kebetulan seperti : mengisap. Berbagai
aktivitas berfokus pada tubuh bayi terhadap lingkungan. Bayi memperoleh
adaptasi pertama yaitu mereka menghisap berbagai objek . mereka mulai
mengoordinasi informasi sensori dan menggengam objek. Orang tua sering
memperhatikan semua yang diraih oleh bayi-bayi mereka dibawa masuk ke dalam
mulut untuk dihisap.
Bayi akan berusaha untuk meraih
apapun untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Gambaran terpenting pada substage
ini yaitu primary circular reaction
diman secara kebetulan bayi menemukan pengalaman sensorik atau motorik yang
menarik yang dikaitkan dengan tubuhnya yang selanjutnya diulangi lagi.
c. Substage 3 (Usia 4-8 Bulan)
Selama substage ini koordinasi
skema-skema terus berlanjut dan reaksi sirkuler terlihat pada substage 2 dalam
dimensi baru. Aktivitas-aktivitas berulang yang diorientasikan terhadap tubuh
mereka sendiri yang memberikan hasil yang menarik. Bayi melatih skema-skema
sensorimotor mereka, lebih tertarik pada kegiatan mereka sendiri daripada
terhadap benda-benda untuk kegiatan tersebut. Mereka lebih tertarik pada
pengalaman meraih daripda benda yang diraihnya.
Pada substage 3 ini, bayi tertarik
pada efek kegiatan mereka terhadap dunia luar, dalam usaha memperpanjang
pengalaman. Bayi menunjukkan secondary
circular reaction, perilaku yang diulang-ulang dengan efek yang
menyenangkan terhadap lingkungannya.
Berbagai tindakan disengaja tapi belum bertujuan.
d. Substage 4 (Usia 8-12 Bulan)
Substage ini merupakan aktivitas yang benar-benar
terencana dan bertujuan sejalan dengan bayi mengoordinasikan skema yang telah
dipelajari dan menggunakan tingkah laku yang telah dipelajari untuk mendapatkan
tujuan mereka, seperti merangkak ke ujung ruangan untuk mendapatkan mainan yang
diinginkan. Mereka dapat mengantisipasi berbagai kejadian.
e. Substage 5 (Usia 12-18 Bulan)
Anak menunjukkan rasa ingin tahu dan bereksperimen dengan
penuh tujuan memvariasikan tindakan mereka untuk melihat hasilnya . Mereka
secara aktif menjelajah dunia mereka untuk menentukan hal baru tentang objek,
kejadian, atau situasi . Pada substage 5 , terdapat pengulangan tapi juga
terdapat suatu usaha untuk memvariasikan aktivitas sebagai ganti dari
pengulangan sederhana, perilaku ini disebut tertiary
circular reaction. Anak-anak menikmati hal-hal yang baru dan mencari cara
untuk menghasilkan pengalaman yang menarik.
f. Substage 6 (Usia 18-24 Bulan)
Anak
merepresentasikan secara mental berbagai kejadian, mereka tidak lagi menerapkan
trial and eror untuk memecahkan masalah. Pikiran simbolis memungkinkan anak
untuk mulai berpikir terhadap berbagai kejadian dan mengantisipasikan
konsekuensinya tanpa selalu menghasilkan tindakan. Anak mulai mendemonstrasikan
inisight. Mereka dapat menggunakan simbol, seperti isyarat dan kata, dapat
berpura-pura.
D. Perkembangan Kognitif Anak Usia 1 – 2 Tahun (12 – 24 bulan)
Menurut Melly Latifah (2010), sewaktu lahir, berat otak anak sekitar 27%
berat otak orang dewasa. Pada usia 2 tahun, berat otak anak sudah mencapai 90%
dari berat otak orang dewasa (sekitar 1200 gram). Hal ini menunjukkan bahwa
pada usia ini, masa perkembangan otak sangat pesat. Pertumbuhan ini memberikan
implikasi terhadap kecerdasan anak.
Pada usia 1 – 2 tahun, anak memiliki rasa ingin tahu
yang sangat besar. Pada usia ini, anak mengembangkan rasa keingintahuannya
melalui beberapa hal berikut ini :
a. Belajar melalui
pengamatan/ mengamati.
Mulai usia 13 bulan, anak sudah mulai
mengamati hal-hal di sekitarnya. Banyak “keajaiban” di sekitarnya mendorong
rasa ingin tahu anak. Anak kemudian melakukan hal-hal yang sering dianggap
bermain, padahal anak sedang mencari tahu apa yang akan terjadi kemudian
setelah anak melakukan suatu hal sebagai pemuas rasa ingin tahunya. Pada usia
19 bulan, anak sudah dapat mengamati lingkungannya lebih detail dan menyadari
hal-hal yang tidak semestinya terjadi berdasarkan pengalamannya.
b. Meniru orang tua.
Anak belajar dari lingkungan sekitarnya. Sekitar usia
17 bulan, anak sudah mulai mengembangkan kemampuan mengamati menjadi meniru.
Hal yang ditirunya adalah hal-hal yang umumnya dilakukan orangtua. Pada usia 19
bulan, anak sudah banyak dapat meniru perilaku orangtua.
c. Belajar konsentrasi.
Pada usia 14 bulan, anak sudah mengarahkan daya
pikirnya terhadap suatu benda. Hal ini dapat dilihat pada ketekunan anak dengan
satu mainan atau satu situasi. Kemampuan anak untuk berkonsentrasi tergantung
pada keadaan atau daya tarik berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Kemampuan
anak untuk berkonsentrasi pada usia ini adalah sekitar 10 menit.
d. Mengenal anggota badan.
Pada usia sekitar 15 bulan, anak sudah dapat diajarkan
untuk mengucapkan kata-kata. Anak-anak akan merasa sangat senang jika orangtua
mengajarkan kata-kata yang bernamakan anggota tubuhnya sambil menunjukkan
anggota tubuhnya.
e. Memahami bentuk,
kedalaman, ruang dan waktu.
Pada tahun kedua, anak sudah memiliki kemampuan untuk
memahami berbagai hal. Melalui pengamatannya, anak menemukan adanya bentuk,
tinggi atau rendah benda (kedalaman) dan membedakan kesempatan berdasarkan
tempat (ruang ) dan waktu. Pemahaman ini mulai tampak pada usia 18 – 24 bulan.
f.
Mulai mampu berimajinasi.
Kemampuan berimajinasi atau membentuk citra abstrak
berkembang mulai usia 18 bulan. Anak sudah mulai menampakkan kemampuan untuk
memikirkan benda yang tidak dilihatnya.
g. Mampu berpikir
antisipatif.
Kemampuan ini mulai tampak pada anak usia 21 – 23
bulan. Anak tidak sekedar mengimajinasikan benda yang tidak ada di hadapannya,
lebih jauh lagi dia mulai dapat mengantisipasi dampak yang akan terjadi pada
hal yang dilakukannya.
h. Memahami kalimat yang
terdiri dari beberapa kata.
Pada usia 12 – 17 bulan, anak sudah dapat memahami
kalimat yang terdiri atas rangkaian beberapa kata. Selain itu, anak juga sudah
dapat mengembangkan komunikasi dengan menggunakan gerakan tubuh, tangisan dan
mimik wajah. Pada usia 13 bulan, anak sudah mulai dapat mengucapkan kata-kata
sederhana seperti “mama” atau “papa”. Pada usia 17 bulan, umumnya anak sudah
dapat mengucapkan kata ganti diri dan merangkainya dengan beberapa kata
sederhana dan mengutarakan pesan-pesan seperti: “ Adik mau susu.”
i.
Cepat menangkap kata-kata baru.
Pada usia 18 – 23 bulan, anak mengalami perkembangan
yang pesat dalam mengucapkan kata-kata. Perbendaharaan kata anak-anak pada usia
ini mencapai 50 kata. Selain itu, anak sudah mulai sadar bahwa setiap benda
memiliki nama sehingga hal ini mendorongnya untuk melancarkan kemampuan
bahasanya dan belajar kata-kata baru lebih cepat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kognitif
adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif
diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa
(analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional
(akal).
Teori
kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan
kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif
berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan
perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang
datang kepada dirinya. Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4
periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan
usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun-dewasa)
DAFTAR
PUSTAKA
John, W. Santrock.
2002. LIFE-SPAN DEVELOPMENT (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta:
Erlangga.
Samsunuwiyati, Mar’at. 2005. “Psikologi Perkembangan”. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.
Yuliani Rohmah, Elfi. 2005. “Psikologi Perkembangan”. Yogyakarta : Teras.
Latifah Melly. 2010. “Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak Usia
1-3 tahun”. Di akses pada
Prasetyo, Jan. 2011. “Teori Perkembangan Kognitif Piaget”. Di
akses pada website :
http://repository.ui.ac.id. pada tanggal 18 Desember 2014. Pukul 13.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar